Ariranews.com: Usai melakukan kritik keras kepada regulator keuangan China, pendiri Ant Group Jack Ma tercatat kehilangan harta kekayaannya hingga mencapai US$7 miliar atau setara Rp98 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS).
Dikutip dari viva.co.id, melansir dari Forbes pada Jumat 8 Januari 2021, pidato keras Jack Ma pada 24 Oktober 2020 lalu di Shanghai telah membuat Ant Group menangguhkan IPO-nya dan dalam dua bulan setelah berpidato harta pendiri Alibaba itu mulai menyusut.
Seperti diketahui, dalam pidato keras tersebut Jack Ma menuduh regulator Beijing menahan inovasi yang dilakukan perusahaan financial technologi. Pidatonya tersebut dinilai publik menjadi komentar paling mahal dalam sejarah China.
Atas kritik pedas tersebut regulator China tak tinggal diam dan membalas dengan cara yang spektakuler, sehingga menyebabkan Ma menangguhkan IPO-nya. Beijing juga lakukan
pertunjukan yang bagus untuk membiarkan kekuatan pasar memainkan peran.
Selama ini, Jack Ma mungkin telah membangun dunia e-commerce dan fintech. Dan dirinya mungkin berpikir bisa menjawab investor New York Stock Exchange. Tapi seperti yang dikatakan Jeffrey Halley dari Oanda, “hanya ada satu bos besar di China, dan itu bukan Jack Ma”.
Untuk itu, aksi yang dilakukan oleh Jack Ma akan menjadi tindakan yang sulit untuk dijalani pada 2021. Gelombang kejut dari pemerintah China yang tiba-tiba mengarahkan senjata anti-trustnya pada Ma membuat sulit di tengah kebingungan Covid-19.
Selain itu, kejatuhan Jack Ma menimbulkan begitu banyak pertanyaan tentang model kapitalisme China. Dan perusahaan Fintech di China semakin tahu untuk tidak menyebut Bank of China sebagai pegadaian, karena akan berbahaya dan melanggar batasan.
Sebelumnya, diberitakan miliarder China Jack Ma sempat menghilang selama dua bulan. Dan diketahui hilangnya Jack Man terjadi usai regulator China dilaporkan menekan Fintech Ant Group milik Jack Ma untuk membagikan data konsumen dengan Beijing.
Sebab, regulator percaya bahwa Ant Group, yang didirikan pada 2014, memanfaatkan data pribadi penggunanya dari aplikasi pembayaran Alipay, sehingga memberikan fintech itu keunggulan kompetitif dibandingkan pemberi pinjaman kecil dan bank besar.
Diketahui, Alipay, memiliki lebih dari 1 miliar pengguna, sehingga dapat mengumpulkan sejumlah besar data tentang kebiasaan belanja konsumen, riwayat pembayaran pinjaman, dan perilaku meminjam.
Dengan demikian, sebenarnya mungkin saja regulator China meminta Ant untuk memasukkan datanya ke dalam sistem pelaporan kredit nasional yang dijalankan oleh People’s Bank of China tapi Jack Ma belum menyerahkan data tersebut.(emr)
sumber: viva.co.id
foto: istimewa