banner 728x90

Yang Sering Melamun, Gelisah, Hati-hati Mungkin Anda Sudah Tertular Covid-19

Jakarta: Selain batuk, pilek, dan kelelahan yang sudah menjadi gejala umum, muncul dua gejala Covid-19 lain, yakni anosmia dan delirium.

Anosmia atau hilangnya penciuman menjadi salah satu gejala Covid-19 di mana pasien sulit mengenali bau dan berlangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Gejala Covid-19 ini juga membuat pasien sulit merasakan makanan normal sehingga mereka sering frustasi.

Dikutip dari Times of India, gejala Covid-19 ini bisa melindungi orang dari tanda-tanda mematikan lainnya akibat Covid-19, yaitu serangan pernapasan dan peradangan atau inflamasi.

Beberapa ahli percaya bahwa anosmia menjadi salah satu gejala Covid-19 yang tidak berbahaya dan merupakan pertanda baik dari infeksi Corona.

Banyak dokter mengatakan bahwa pasien yang mengalami kehilangan penciuman hanya menderita batuk ringan akibat virus Corona. Selain itu, dokter di India mengatakan, pasien yang terkena Corona sedang hingga parah dan membutuhkan perawatan ICU jarang sekali mengalami gejala Covid-19 berupa anosmia.

BACA JUGA:   Ekonomi Batam Tumbuh Menguat, Pembangunan Infrastruktur Terus Berlanjut Pada 2023

Akibat anosmia, seseorang mungkin tidak bisa mencium bau rempah-rempah, manisan dan makanan asam yang biasanya memiliki bau menyengat dibandingkan makanan lain. Bahkan gejala Covid-19 ini bisa menurunkan nafsu makan karena lidahnya tak bisa merasakan apapun.

Selain anosmia, ada lagi gejala Covid-19 lainnya, yakni delirium. Delirium adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami kebingungan berat serta berkurangnya kesadaran.

“Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi,” kata Javier Correa, peneliti dari University of Catalonia (UOC) dikutip dari detik.com, Minggu (13/12/2020).

BACA JUGA:   Berkat 5 Fitur AI yang Cuma Ada di Galaxy S24 Series, Perjalanan Traveling Kini Lebih Praktis!

Para dokter pun mengingatkan bahwa gejala Covid-19 ini bisa memicu gangguan otak bahkan mengganggu kondisi mental pasien. Biasanya, delirium dialami oleh kelompok lanjut usia (lansia).

Studi dalam Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy mempelajari kaitan delirium sebagai gejala Covid-19 dengan virus Corona yang memengaruhi kinerja otak sebagai sistem saraf pusat. Para peneliti menemukan adanya indikasi bahwa Covid-19 juga memengaruhi sistem saraf pusat dan mengakibatkan perubahan neurokognitif, seperti sakit kepala dan delirium.

Berdasarkan studi tersebut, delirium dapat dipicu oleh tiga faktor, yakni:

– Hypoxia

Kondisi ini terjadi ketika jaringan otak kekurangan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pembengkakan saraf dan edema. Gejala Covid-19 ini juga berdampak pada kerusakan eksternal / internal di otak.

BACA JUGA:   Gelar Apel Siaga Nataru, PLN Batam Siap Pasok Listrik Andal dan Petugas Siaga Layani Pelanggan

– Peradangan

Delirium sebagai gejala Covid dipicu oleh badai sitokin, di mana sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan menyerang organ-organ. Hal ini juga dapat mengubah atau merusak fungsi otak.

– Toksisitas neuronal

Gejala Covid-19 ini dianggap sebagai komplikasi yang jarang terjadi. Kondisi ini menyebabkan virus SARS-COV-2 secara langsung mengganggu fungsi saraf pada tingkat sel, bahkan sebelum mencapai rongga paru-paru.

Berikut ciri-ciri seseorang mengalami delirium yang bisa menjadi gejala Covid-19 dan perlu diwaspadai:

1. Sulit fokus dan mudah teralihkan
2. Suka melamun dan lambat bereaksi
3. Daya ingat menurun
4. Kesulitan berbicara
5. Berhalusinasi
6. Mudah tersinggung dan mood berubah mendadak
7. Sering gelisah
8. Kebiasaan tidur berubah.(emr)

sumber: detik.com

foto: ilustrasi