banner 728x90

Bisa Sebabkan Kelumpuhan Wajah, Punya Riwayat Alergi Berlebihan Tak Divaksin

Ariranews.com: Vaksinasi Covid-19 sudah berlangsung di Inggris. Tapi ada kabar kurang sedap. Dua orang anggota Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service /NHS) negara tersebut menderita reaksi alergi hingga membutuhkan perawatan. Dua orang ini termasuk dalam kelompok pertama yang mendapatkan vaksin di Inggris.

Dikutip dari CNBC Indonesia, pada Kamis (10/12/2020), munculnya kasus tersebut membuat pejabat kesehatan Inggris pada Rabu (9/12/2020), mengeluarkan peringatan untuk seluruh orang yang akan divaksin Pfizer. Orang dengan riwayat reaksi alergi berlebihan tidak akan mendapatkan vaksin tersebut.


Direktur medis NHS Inggris Stephen Powis mengatakan kedua orang tersebut memiliki riwayat alergi. Namun saat ini keduanya sudah mulai membaik kondisinya.

Dia juga menyebutkan bahwa lembaga independen Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency/MHRA) telah menyarankan bahwa orang dengan reaksi alergi yang signifikan tidak mendapatkan vaksin ini sebagai pencegahan, setelah ada kasus ini.

Reaksi alergi signifikan ini termasuk terhadap terhadap obat-obatan, makanan atau vaksin.

BACA JUGA:   Kejaksaan Tinggi Kepri Awasi Proyek Strategis di BP Batam

Seperti diketahui, Inggris menjadi negara di barat yang pertama kali mendapatkan suntikan vaksin Covid setelah vaksin ini mendapatkan persetujuan penggunaan darurat. Ini juga tercatat menjadi vaksinasi terbesar yang dilakukan di negara tersebut sejak 1948.

Teknisnya, vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan jeda 21 hari. Prioritas utama pemberian vaksin ini adalah kepada tenaga kesehatan dan pekerja sosial serta golongan lanjut usia di atas 80 tahun.

Inggris telah menerima sebanyak 800 ribu dosis dari total pesanan 40 juta dosis untuk vaksin yang ditemukan oleh Pfizer dan BioNTech ini.

Pfizer mengatakan telah mendapatkan laporan dari MHRA tentang reaksi alergi. Namun demikian mereka mengatakan selama uji coba fase 3 terhadap lebih dari 40.000 orang, dalam laporan uji klinisnya disebutkan vaksin ini secara umum dapat ditoleransi dengan baik tanpa masalah keamanan yang serius.

Kepala eksekutif Pfizer Albert Bourla menyatakan bahwa dirinya memahami kekhawatiran global tentang kecepatan perusahaan farmasi dalam memproduksi vaksin untuk melawan Covid-19. Tapi dia menegaskan tidak ada jalan pintas yang dipotong.

BACA JUGA:   Wali Kota Resmikan Jembatan Penghubung Pulau Air Raja dan Subang Mas

“Vaksin itu telah diuji dengan cara yang persis sama seperti kami menguji vaksin apa pun yang beredar di luar sana,” katanya dalam pengarahan media virtual di Jenewa.

Hal ini menimbulkan reaksi dari AS. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) diminta melarang orang dengan riwayat alergi untuk meminumnya.

Moncef Slaoui, seorang penasihat utama program AS untuk pengembangan vaksin dan pengobatan Covid-19 mengatakan kejadian di Inggris pasti menjadi bahan pertimbangan.

“Melihat data, pasien atau subjek dengan riwayat reaksi alergi parah telah dikeluarkan dari uji klinis,” katanya dikutip dari AFP, Kamis (10/12/2020).

“Saya berasumsi … ini akan menjadi bagian dari pertimbangan, dan seperti di Inggris, harapannya adalah subjek dengan reaksi parah yang diketahui, (akan diminta) untuk tidak mengambil vaksin, sampai kita memahami dengan tepat apa yang terjadi di sini.”

BACA JUGA:   Sukseskan Pemilu 2024, TelkomGroup Amankan Layanan melalui 87 Posko Nasional hingga Daerah

Selain itu, FDA juga sepertinya akan meminta penyedia untuk mengawasi apakah benar vaksinasi bisa menyebabkan kondisi kelumpuhan wajah sementara yang biasa disebut Bell’s Palsy.

Pasalnya dari data, empat dari 19.000 orang dalam kelompok yang diberi vaksin mendapat kondisi ini. AS sendiri berharap akan memvaksinasi 20 juta orang bulan ini. Targetnya 100 juta orang sudah divaksin akhir Februari sementara seluruh populasi pada Juni.

Sebelumnya, izin yang keluar ke Pfizer di Inggris dikritisi oleh kepala Lembaga Penyakit Menular Amerika Serikat (CDC) Anthony Fauci. Ia menyatakan bahwa persetujuan itu diambil secara “terburu-buru”, namun kemudian mencabut pernyataan itu.

Pfizer jadi salah satu vaksin yang disebut memiliki keampuhan tinggi. Selain Pfizer sejumlah vaksin juga jadi yang terdepan dalam penelitian yakni milik AstraZeneca dan Moderna.(emr)

sumber: CNBC Indonesia
foto: ilustrasi