Oleh: Prisca Arianto, Mahasiswi
Politeknik Negeri Jakarta
Ramadhan selalu disambut penuh suka cita oleh umat Islam. Bulan yang penuh berkah ini selalu ditunggu dan menjadi momen yang sangat istimewa untuk dirayakan. Tiap daerah memiliki tradisi dan keunikan tersendiri dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Kegiatan-kegiatan ini menjadi tradisi turun-temurun yang masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi menyambut Ramadhan bertujuan untuk mensucikan diri, saling memaafkan, dan menjalin silaturahmi yang lebih baik lagi ke depannya.
Berbagai daerah di Indonesia, mempunyai tradisi masing-masing dalam menyambut Ramadhan, begitu juga dengan daerah Minangkabau. Di Minangkabau, tradisi yang dilakukan sebelum menyambut Ramadhan adalah dengan mandi balimau.
Balimau merupakan tradisi mandi dengan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Mandi balimau biasanya dilakukan di sungai, lubuak (bagian yang dalam di sungai) atau tempat pemandian dan dilakukan secara bersama-sama. Balimau dilakukan satu atau dua hari menjelang puasa. Balimau sendiri menjadi tradisi hampir di seluruh wilayah Sumatera Barat.
Balimau dilakukan sebagai penanda bahwa Ramadhan akan datang, dan sebagai tanda menyucikan batin dengan cara memaafkan satu dengan lainnya. Balimau juga sebagai ungkapan rasa syukur dan bentuk kegembiraan karena memasuki bulan puasa. Di Minangkabau, biasanya sebelum melakukan mandi balimau dilaksanakan juga beberapa kegiatan seperti ziarah kubur, dan pengajian.
Dulu, masyarakat Minangkabau masih menggunakan bunga dan jeruk nipis dalam melaksanakan mandi balimau. Namun, seiring berkembangnya zaman, tidak semua masyarakat masih menggunakan bunga dan jeruk nipis dalam melakukan mandi balimau. Terkadang hanya sekadar mandi dan bersenang-senang dengan keluarga tapi masih dilakukan sebelum bulan Ramadhan.
Meski begitu, tradisi ini diwariskan secara turun-temurun bahkan sampai saat ini masih terus berlangsung. Tradisi yang turun-temurun ini sangat disukai dan digemari masyarakat Minangkabau, khususnya remaja dan anak-anak.
Perbedaan yang sangat mencolok dari tradisi balimau pada zaman dahulu dan zaman sekarang adalah, jika dahulu balimau dijadikan sebagai tradisi atau adat untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan tujuan mensucikan diri sehari sebelum puasa, namun sekarang hal tersebut berbeda lagi.
Saat ini, balimau lebih dimaknai dengan bertamasya ke tempat-tempat pemandian. Bahkan, para muda-mudi menjadikan momen balimau sebagai ajang hura-hura dan berpacaran. Bagi sebagian remaja, balimau hanya tinggal sebagai simbol. Balimau dijadikan alasan agar mendapatkan izin dari orang tua dengan tujuan untuk keluar bertamasya.
Perubahan perilaku masyarakat Minangkabau dalam merayakan balimau, tidak lepas dari perubahan atau perkembangan zaman. Jika dahulu tradisi balimau dianggap sebagai hal sakral dan suci, namun berbeda pada zaman modern saat ini di mana tradisi tersebut dianggap hanya masa lalu yang ingin dihapuskan.
Kemajuan zaman telah merubah banyak hal, terutama pada tradisi balimau ini. Tradisi balimau yang dulunya sebuah ritual yan mengandung makna positif dan dilaksanakan dengan nuansa yang baik dan beradab maka hal itu mengalami perubahan arah menjadi sebuah budaya yang terkadang juga untuk melakukan maksiat.
Selain perubahan zaman, faktor lain adalah kurangnya pendidikan atau pengenalan tradisi-tradisi para leluhur (terdahulu) oleh pemerintah seperti sekolah, dan juga orang tua. Bahkan, yang terpenting adalah dari tokoh masyarakat atau tokoh adat. Jika tradisi dikenalkan dengan benar sejak dini pada generasi penerus, maka mereka tidak mungkin menyalahmaknakan atau salah penafsiran tentang tradisi tersebut dan juga tidak menyalahgunakan suatu tradisi dalam perayaannya.(pa)