AriraNews.com, BATAM – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan tiga kawasan di Batam sebagai lokasi pembangunan Kampung Nelayan Modern tahap pertama di Indonesia.
Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 55 Tahun 2025 yang memuat total 65 titik pembangunan serupa di tanah air. Tiga kawasan tersebut berada di Tanjung Banon, Sekanak Raya, dan Pulau Kasu. Menurut Kepala Dinas Perikanan Batam Yudi Admajianto, program ini menjadi momentum penting bagi nelayan Batam untuk naik kelas.
“Alhamdulillah, di Kota Batam ditetapkan tiga Kampung Nelayan Modern. Ini bukan hanya pembangunan fisik, tetapi program peningkatan daya saing nelayan,” ujar Yudi beberapa waktu lalu.
KKP menunjuk PT Adhi Karya sebagai kontraktor utama. Pembangunan di ketiga lokasi tidak hanya mencakup infrastruktur dasar, tetapi juga fasilitas penunjang produktivitas nelayan: Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPDN), cold storage, pabrik es, gudang penyimpanan, gerai alat tangkap, hingga bengkel perahu.
Untuk pengelolaannya, telah dibentuk Koperasi Nelayan Merah Putih di setiap lokasi yang akan mengatur layout kawasan, unit usaha, dan rencana bisnis jangka panjang.
Anggaran pembangunan di tiga kampung ini bervariasi: satu lokasi Rp7 miliar, satu lokasi Rp11 miliar, dan yang terbesar Rp17 miliar. Tanjung Banon menjadi titik dengan potensi paling besar karena posisinya strategis sebagai pusat bongkar muat hasil tangkapan.
“Tanjung Banon paling besar karena jarak titik nol ke pelantar sekitar 162 meter. Nantinya kegiatan bongkar muat kapal dan hasil perikanan akan lebih terintegrasi,” kata Yudi.
Proses pembangunan dimulai sejak 19 September 2025 dengan survei lapangan dan penentuan titik nol. BP Batam turut terlibat dalam penyusunan master plan kawasan Tanjung Banon. Sesuai arahan KKP, proyek ini ditargetkan selesai 30 Desember 2025, sehingga pada awal Januari 2026 seluruh fasilitas dapat langsung dimanfaatkan nelayan.
“Targetnya akhir Desember selesai, jadi awal tahun depan fasilitas ini sudah bisa dimanfaatkan oleh nelayan,” tegas Yudi.
Kampung nelayan modern ini diharapkan menjadi penggerak ekonomi baru di wilayah pesisir Batam. Fasilitas yang lebih baik diyakini mampu meningkatkan kualitas hasil tangkapan, efisiensi biaya operasional, dan membuka peluang usaha baru bagi koperasi serta masyarakat sekitar.
“Dengan adanya cold storage, SPDN, hingga pabrik es, hasil tangkapan bisa lebih terjaga kualitasnya, biaya operasional nelayan lebih efisien, dan daya saing produk perikanan Batam meningkat,” kata Yudi. (ara)