AriraNews.com. Lingga – Calon Bupati Kabupaten Lingga, H. Alias Wello tantang Pemerintah Kabupaten Lingga untuk melakukan debat terbuka soal mendefinitifkan desa persiapan. Pria yang akrab di Sapa Awe ini, mengatakan, gagasan pemekaran 11 desa persiapan tersebut merupakan program kerja Pemkab Lingga di akhir masa jabatannya. Namun, upaya pemekaran yang dilakukannya tidak dilanjutkan Pemkab Lingga di bawah pimpinan Bupati Muhammad Nizar.
“Beliau (Alias Wello) siap untuk berdebat terkait pernyataannya bisa menjadikan 11 desa persiapan menjadi desa definitif dalam 100 hari program kerja apabila diamanahkan kembali memimpin Kabupaten Lingga,” kata Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, Alias Wello-Muhammad Ishak, Mustazar Mustafa, Rabu (11/9/2024).
Mustazar meluruskan pernyataan segelintir masyarakat yang menyatakan Alias Wello hanya mencari panggung untuk menaikkan elektabilitas menjelang pilkada. Pemekaran 12 desa persiapan dilakukan pada Bulan Juli 2020. Sedangkan Pilkada Tahun 2020 dilakukan pada Bulan Desember 2020. Saat memberikan estafet kepemimpinan bupati, Alias Wello mengamanatkan untuk melanjutkan program desa persiapan menjadi definitif namun tidak dijalankan dengan baik oleh Pemkab Lingga.
“Setelah empat tahun ini kenapa Pemkab Lingga tidak dapat mendefinitifkan 11 desa persiapan tersebut. Tidak singkat juga 100 hari kerja, tinggal niat pemimpinnya,” sebut Mustazar.
Mustazar juga menegaskan soal pemekaran desa dan kecamatan di Kabupaten Lingga telah dibuktikan Alias Wello saat memimpin yang berhasil memekarkan 3 kecamatan dan 11 desa baru di tengah moratorium larangan pemekaran wilayah oleh pemerintah pusat.
“Selama ini beliau sudah buktikan, dalam
moratorium dan larangan beliau mampu mekarkan desa dan kecamatan pada periode beliau menjadi bupati,” bebernya.
Tidak hanya yakin bisa memekarkan desa persiapan menjadi definitif, Alias Wello juga akan mengajak Pemkab Lingga, LSM dan mahasiswa untuk secara terbuka berdebat terkait hal lainnya, di antaranya persoalan air mineral Gunung Daik yang tak jalan, Bandara Linau, Jembatan Sese (Senayang Sebangka), air baku Jelutung, pabrik industri kelape dan Daik Bandar Madani yang hingga saat ini belum dapat direalisasikan.
“Program-program ini lah yang diamanahkan beliau (Alias Wello) untuk dilanjutkan saat memberikan estafet kepemimpinan kepada Muhammad Nizar, namun tidak berjalan,” katanya. (ydi)