Uniba Gelar Seminar Nasional ke-3 Tata Ruang Wilayah, Perkuat Roadmap Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Avatar photo
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) bersama Fakultas Teknik Universitas Batam (Uniba) menggelar Seminar Nasional Ke-3 Tata Ruang Wilayah, Kearifan Lokal dan Kemaritiman, di Rumengan Hall, Uniba, Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (24/5/2025). Seminar ini diikuti sekitar 150 peserta terdiri dari offline dan online.

AriraNews.com, , BATAM – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) bersama Fakultas Teknik Universitas Batam (Uniba) menggelar Seminar Nasional Ke-3 Tata Ruang Wilayah, Kearifan Lokal dan Kemaritiman, di Rumengan Hall, Sabtu (24/5/2025). Seminar ini diikuti sekitar 150 peserta terdiri dari offline dan online.

Terdiri dari mahasiswa MPW, Sipil, Elektro, Sistim Informasi dan Mesin Uniba, Ikatan Ahli Perencanaan Kepri, Anggota Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia. Ada dari Palopo, Wamena Papua, bandung dan Sinjai.

Seminar ini menghadirkan tiga narasumber. Pertama, Adiwan Fahlan Aritenang, S.T., M.GIT., Ph.D. dengan topik perencanaan Kota Berbasis Kemaritiman untuk pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan.

Seminar ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UNIBA, Prof. Dr. Ir. H. Chablullah Wibisono, M.M.

Kedua, Dr. Ruddy Kurniawan, S.T., M.T. dengan topik Konsep dan Aplikasi Beton Kinerja Sangat Tinggi (Ultra High Performance Concrete) untuk Konstruksi Berkelanjutan. Narasumber ketiga, Ir. Ria Saptarika, M.Eng dengan topik Pengembangan Energi Baru Terbarukan di Kepri.

Seminar ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UNIBA, Prof. Dr. Ir. H. Chablullah Wibisono, M.M. Menurutnya, Provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah kepulauan. Di mana 98 persen wilayahnya merupakan lautan. Potensi laut di Provinsi Kepri belum terkelola dengan baik sehingga banyak potensi ekonomi yang belum tergali.

“Kalau di Kepri 98 persen adalah laut, maka potensinya (ekonomi) ada di laut,” kata Chablullah didampingi oleh Wakil Rektor III Dr. Mohamad Gita Indrawan, S.T., M.M.

Dilanjutkannya, peran seorang perencana tata ruang berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah. Perencana tata ruang merupakan orang yang memahami secara komprehensif, tak hanya dari segi teknik, tapi juga menyangkut sosial budaya.

“Karena dia tidak hanya paham tentang teknik tata ruang tetapi juga mengerti konsep ekonomi, pendidikan, sosial, keamanan. Jadi seorang perencana wilayah orang yang terdepan memahami secara komprehensif,” katanya.

Ia mencontohkan Kota Batam yang tak mempunyai sumber daya alam yang memadai. Sehingga sembako dipasok dari luar Batam. Menurutnya untuk menjaga ketahanan pangan Batam seharusnya juga memiliki wilayah yang bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pokok.

BACA JUGA:   KPPU Alami Kesulitan Selidiki Dugaan Kartel Ferry Batam Singapura

“Katakanlah sewaktu-waktu ada kejadian luar biasa, kapal tak bisa masuk ke Batam, masyarakat mau makan apa. Sehingga setidaknya ada lahan untuk agribisnis,” kata Chablullah.

Contoh lain, lanjut dia, banjir yang sering terjadi saat ini. Hal tersebut terjadi karena hilangnya keseimbangan pada alam. Akibat pembangunan, daerah-daerah resapan sebagian hilang dan tak mampu menampung debit air ketika hujan datang.

Terkait dalam menggali potensi ekonomi kelautan dan kemaritiman kata Chablullah sudah dia tuangkan dalam penelitiannya “9 Blue Ekonomi”. Di mana di dalamnya memuat potensi ekonomi di wilayah Kepri.

“Hasil-hasil seminar ini akan kita sampaikan ke pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan,” katanya.

Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kartika Listriana, S.T., MPPM sebagai Keynote Speaker dalam seminar ini memberikan materi terkait Sinergi Rekayasa, Energi, dan Teknologi dalam Penataan Ruang Laut untuk Mendukung Ekonomi Biru Indonesia.

“Hari ini kita berdiri di tengah momentum penting. Laut Indonesia bukan hanya ruang kosong, melainkan ruang hidup-ruang masa depan. Penataan ruang laut kini menjadi jantung strategi pembangunan nasional, khususnya dalam mendukung Lima Kebijakan Ekonomi Biru yang telah ditetapkan KKP,” katanya.

Ia melanjutkan melalui pendekatan rekayasa konstruksi, energi terbarukan dan teknologi kelautan cerdas, kita tidak hanya menata ruang laut, tetapi juga menata ulang paradigma pembangunan itu sendiri. Mengkonsolidasikan perencanaan ruang laut dari hulu hingga hilir.

Mulai dari revisi RTRWN dan Muatan Ruang Lautnya yang sedang dilaksanakan, RZWP3K telah terintegrasi dalam RTRWP di 22 Provinsi. Selanjutnya perencanaan lintas skala dari RZ KAW hingga RZ KSNT sedang dan terus dipercepat. Program strategis dari sentra garam, kampung nelayan modern, sampai kawasan karbon biru kini berbasis zonasi.

BACA JUGA:   Percepat Pertumbuhan Ekonomi Nongsa, Jalan Utama Batubesar Segera Diperlebar

“Kita tidak sedang membuat peta semata. Kita sedang membangun masa depan. Masa depan di mana laut menjadi ruang hidup yang berdaulat, ekonomi maritim tumbuh dengan keadilan dan berkelanjutan, dan setiap kebijakan mulai dari konservasi, perikanan, sampai energi- berakar dari perecanaan ruang yang tertata dan berbasis sains. Mari kita terus menata laut Nusantara, dengan sinergi
rekayasa, energi dan teknologi untuk keberlanjutan,” katanya.

Sementara itu, Penanggungjawab LPPM
Assoc.Prof.Dr.Ir. Yuanita Sidabutar ST.,M.Si mengatakan seminar nasional ke 3 ini adalah seminar yang mendukung roadmap prodi magister perencanaan wilayah Universitas Batam. Khusus tahun ini berkolaborasi dengan Program Studi Sipil dan Elektro.

“Hasilnya untuk persiapan pergantian roadmap ke depannya karena untuk saat ini akan berakhir di 2025,” katanya.

Ia melanjutkan seminar ini bertemakan Sinergi Rekayasa Konstruksi, Energi dan Teknologi Berkelanjutan Berbasis Kemaritiman dan Workshop Kurikulum untuk Mendukung Pembelajaran Berbasis Luaran (Outcome Based Education).

“Perencanaan tata ruang merupakan komponen fundamental dalam mengembangkan landscape yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan, Ir. Herlina Suciati,ST,MT,IPM , APEC.Eng mengatakan peta penggunaan lahan merupakan alat penting untuk membahas perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya alam. Undang-Undang Penataan Ruang Tahun 2007 Nomor 26 menyatakan bahwa pemerintah daerah perlu mengembangkan peta penggunaan lahan yang tepat.

Peta tersebut harus mencakup gambaran yang akurat tentang sumber daya alam, situs budaya dan keramat, infrastruktur yang relavan, batas desa, penggunaan lahan, trend perubahaan penggunaan lahan dan memberikan dasar untuk diskusi di masa depan misalnya perencanaan konservasi partisipatif.

Ia melanjutkan wilayah Kepri memiliki kekayaan Tata Ruang Wilayah, Kearifan Lokal dan Kemaritiman yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Memperkuat posisi strategis kewilayahan Kepri yang berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Secara keseluruhan wilayah Kepri yang terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota.

BACA JUGA:   Tahun Ini Kecamatan Batam Kota Kembali Bersolek

“Kepri dengan luas wilayah sekitar 96 % merupakan kelautan dan sekitar 4% adalah daratan. Kearifan Lokal masyarakat adat Kepulauan Riau yang hidup dari laut yang berhubungan dengan gejala alam, biota laut dan cara pemanfaatan,” katanya.

Perkembangan industri di Kota Batam terus tumbuh, terutama dalam sektor industri, baik dalam industri konstruksi (seperti bangunan gedung, bangunan pengelolaan air, offshore building dan infrastruktur jalan) maupun dalam sektor industri teknologi elektronika (seperti sistem kontrol, maintenance peralatan industri, instrumen kendali), serta otomasi industri di kedua bidang tersebut.

Sinergi antara Rekayasa Konstruksi Energi, dan Teknologi Berkelanjutan Berbasis Kemaritiman merujuk pada upaya kolaboratif yang mengintegrasikan tiga sektor penting konstruksi, energi, dan teknologi berkelanjutan dengan fokus pada pemanfaatan potensi kemaritiman.

“Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan solusi yang lebih efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan memanfaatkan keunggulan sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir dan laut,” katanya.

Ia berharap seminar ini dapat memberikan manfaat bagi lingkungan Program Studi
Magister Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil, Teknik Elektro, Lingkungan Fakultas Teknik serta seluruh civitas akademika Universitas Batam khususnya bagi dosen, mahasiswa S1, mahasiswa serta peneliti dan keterkaitannya.

Secara khusus, manfaat kegiatan ini adalah memberikan kontribusi dalam memperkuat roadmap penelitian dan pengabdian masyarakat. Selanjutnya mendukung point dalam reakreditasi program studi Magister Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan Teknik Elektro Fakultas Teknik Uniba mendukung materi dalam revisi kurikulum saat ini ke kurikulum nasional.

“Serta kemajuan mendukung Kepri sebagai komponen utama Poros Maritim Indonesia sehingga diharapkan mampu menjadi bagian penting dari Poros Maritim Dunia,” katanya. (ara)