Batam  

Ketum HNSI Lantik DPD HNSI Kepri, Kompetensi Nelayan Harus Ditingkatkan

Avatar photo
Ketua DPD HNSI Kepri, Distrawandi (kiri) mendampingi Ketua Umum HNSI, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono (tengah).

AriraNews.com, Batam – Nelayan di Indonesia jauh tertinggal. Dari segala bidang. Mulai dari segi kemampuan, alat tangkap, apalagi teknologi.

Hal tersebut disampaikan, Ketua Umum Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Laksamana TNI (Purn) Sumardjono di Hotel Golden View, Bengkong, Kota Batam, Kepri, Rabu (20/11/2024) siang.

Bersama jajaran Pengurus Pusat HNSI, mantan KSAL (2007-2008) ini, datang melantik Dewan Pimpinan Daerah (DPD) HNSI Kepri dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) 7 Kabupaten/Kota se-Kepri, masa jabatan 2024-2029. Untuk Ketua DPD HNSI Kepri, terpilih sebagai ketua, Distrawandi.

“Untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan atau kompetensi dan memberikan sertifikat,” kata Sumardjono.

BACA JUGA:   BP Batam Mulai Kembali Pekerjaan IPAL

Dijelaskannya, hal ini tentu bukan hal yang mudah. Butuh kerja sama semua pihak. Termasuk dari nelayan atau calon nelayan. Semua harus mau belajar. Karena sangat terkait dengan hasil. Contohnya hasil tangkapan 10 ton. Bila tak dikelola dengan baik, maka ikan layak jual bisa berkurang jauh.

Kemudian pelatihan dan sertifikasi bisa juga membuka peluang kerja. Nelayan yang memiliki sertifikat kompetensi tentu bisa bekerja di luar negeri, dengan gaji yang lebih tinggi.

Sertifikasi nelayan juga berkaitan dengan pengetahuan nelayan dengan hukum di laut. Tak sedikit nelayan Indonesia yang kemudian berurusan dengan hukum termasuk ditangkap oleh negara lain.

BACA JUGA:   Ratusan Personel TNI Yonif 136/Tuah Sakti Tiba di Papua Barat

“Dari sertifikasi itu tadi akan memberikan pengetahuan yang cukup supaya tidak melakukan kesalahan di laut. Paham dengan hukum laut. Di Indonesia dan luar itu sama,” kata Sumardjono.

Selanjutnya, alat tangkap nelayan Indonesia juga jauh tertinggal dari negara lain, seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, maupun Filipina. Diakuinya nelayan di Indonesia masih banyak tergolong nelayan tradisional dan kecil. Namun, kata Sumardjono, hal itu kini bisa diimbangi dengan penggunaan teknologi. Setidaknya  nelayan memiliki alat pelacak ikan. Sehingga bila ke laut dapat membantu pergerakan, tak hanya menggunakan naluri.

BACA JUGA:   Ketua DPRD Batam Nuryanto Sambut Baik Event Sport Tourism Batam 10K

“Jadi ke laut itu ada tujuan, tak hanya mutar-mutar gitu aja. Karena di laut itu penuh dengan ketidakpastian,” ujarnya.

Dengan demikian untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan ini perlu kerja sama semua pihak, pelaku usaha dan tentunya pemerintah. HNSI harus mengambil peran menjadi jembatan.

“Ini yang perlu kita sinergikan, para pengusaha ikan yang namanya trader, kita ajak bagaimana mengurus mulai dari hal kecil, penampungan, hingga pemasaran,” kata Sumardjono.(ara)