AriraNews.com, Malaysia – Forum Serantau YAPEIM 2024 (FSY2024) yang digelar selama dua hari di Hotel Putrajaya Marriott, Malaysia, Selasa-Rabu (1-2/10/2024) lalu, telah sukses digelar.
Lebih dari 60 orang narasumber dari berbagai bidang keilmuan yang dihadirkan. Mereka berasal dari berbagai negara; Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Thailand, Kamboja dan United Kingdom.
Acara sendiri dibuka langsung oleh Wakil Perdana Menteri YAB Dato’ Sri Haji Fadillah bin Haji Yusof. Tercatat acara yang mengusung tema “Pemberdayaan Perekonomian MADANI Melalui Regional Sinergi”, tersebut dihadiri 600 orang dari berbagai kalangan.
Diskusi kegiatan ini, mencakup isu-isu utama seperti kemiskinan ekstrem dan kesenjangan, keuangan Islam, fintech, ekonomi bernilai tinggi, ekonomi hijau dan keberlanjutan, ekonomi digital, kewirausahaan, keterampilan pemuda dan lapangan kerja, industri halal, pariwisata Islam, dan penguatan institusi Islam dan agensi.
Acara ini juga mencakup empat kelas master yang berfokus pada budaya dorongan, penilaian dampak investasi sosial, peluang kolaborasi dengan Yayasan Pengembangan Ekonomi Islam Malaysia (YAPEIM) dan teknik pendanaan berkelanjutan untuk LSM.
FSY2024 bertujuan untuk mempertemukan para praktisi dan pemimpin pemikiran dalam Islam pembangunan ekonomi untuk mengidentifikasi tantangan saat ini, mengembangkan strategi memajukan perekonomian umat Islam, dan meningkatkan hubungan ekonomi antar umat Islam masyarakat di wilayah kepulauan (Nusantara).
Kepala Ekonom Juwai IQI, Shan Saeed, membuka kegiatan paralel yang bertajuk “Menaikkan Langit-Langit dan Dasar: Keuangan Islam, Fintech dan Dampaknya terhadap Ekonomi”.
Menurutnya, dengan analisis makroekonomi yang menyoroti Malaysia posisi yang menguntungkan di pasar global, sambil menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif untuk inklusi keuangan.
Ia menyoroti pentingnya memanfaatkan peluang investasi asing dan inovasi sebagai langkah penting menuju pemberdayaan perekonomian madani melalui sinergi regional.
Saeed juga memproyeksikan potensi nilai tukar RM3,5 terhadap USD, yang menggambarkan caranya kemitraan ekonomi strategis dapat mendukung dan meningkatkan pertumbuhan Malaysia inklusi keuangan di seluruh wilayah.
Diskusi mengenai inklusi keuangan dipelopori oleh Eqhwan Mokhzanee, CEO AmBank Islamic, yang menyajikan bukti kuat tentang Malaysia kemajuan luar biasa dalam meningkatkan akses keuangan bagi semua.
Eqhwan menggarisbawahi peran penting keuangan Bank Negara Malaysia (BNM).
Lanjutnya, peta jalan inklusi, yang berfungsi sebagai kerangka strategis yang memandu bangsa menuju lanskap keuangan yang lebih inklusif.
Ia menyoroti inisiatif transformatif seperti program iTekad, yang dirancang khusus untuk itu memberdayakan usaha mikro dengan menyediakan solusi keuangan yang disesuaikan dan sumber daya.
“Dengan melengkapi bisnis-bisnis ini dengan alat-alat yang diperlukan dan dukungan, kami tidak hanya menumbuhkan kewirausahaan tetapi juga menggerakkan perekonomian ketahanan dan pengembangan masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, wawasannya tergambar bagaimana program-program tersebut sangat penting dalam menjembatani kesenjangan dalam akses keuangan, pada akhirnya berkontribusi pada perekonomian yang lebih adil di mana setiap individu dapat mempunyai peluang untuk berkembang.
Sementara itu, salah Satu Pendiri dan Direktur Pelaksana Grup Ethis Group, Umar Munshi menekankan pentingnya kolaborasi antara bank, fintech, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membentuk ekosistem keuangan inklusif.
“Dengan bekerja bersama-sama, kita dapat memanfaatkan kekuatan satu sama lain dan menciptakan yang komprehensif solusi yang menjawab kebutuhan komunitas tertentu,” katanya.
Umar menguraikan potensi kemitraan yang sinergis, dengan menyebutkan kapan entitas yang beragam menyatukan keahlian dan sumber daya mereka, mereka dapat berkembang produk inovatif yang melayani populasi yang kurang terlayani.
“Ini tidak adil tentang persaingan; ini tentang menciptakan pendekatan holistik yang bermanfaat seluruh masyarakat,” tegasnya.
Visinya melukiskan gambaran yang berkembang lanskap keuangan di mana kolaborasi memberdayakan individu dan bisnis sama, memupuk rasa tanggung jawab bersama dan pertumbuhan bersama dalam perjalanan menuju kemakmuran ekonomi. Panel juga menyelidiki peran penting mitigasi risiko dan keuangan literasi dalam memberdayakan individu dan dunia usaha.
Umar menyoroti hal itu meningkatkan literasi keuangan tidak hanya bermanfaat.
“ini merupakan hal mendasar untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat dan membina ketahanan ekonomi,” ucapnya.
“Kapan individu memahami konsep dan produk keuangan, mereka lebih baik diperlengkapi untuk menavigasi ketidakpastian dan membuat pilihan yang berdampak positif kehidupan dan bisnis mereka,” jelasnya.
Umar menekankan hal itu secara finansial populasi yang melek huruf dapat memitigasi risiko dengan lebih efektif dan mengurangi kerentanan selama krisis ekonomi.
“Dengan berinvestasi pada pendidikan dan sumber daya itu meningkatkan pemahaman keuangan, kita dapat menumbuhkan komunitas yang tidak hanya tumbuh subur dalam stabilitas namun juga berinovasi pada saat menghadapi tantangan. Pendekatan ini adalah penting untuk menciptakan landasan ekonomi yang kuat bagi setiap peserta merasa diberdayakan dan mampu berkontribusi terhadap perekonomian yang lebih luas,” tambah Umar.
Ketua Waafi Bank dan Pendiri MindSpring, Dr. Mohamed Ashraf bin Mohamed Iqbal mengatakan, optimis terhadap masa depan perekonomian Malaysia. Para panelis secara kolektif mengakui potensi besar keuangan Islam dan fintech sebagai pendorong kuat pertumbuhan berkelanjutan.
Ia menekankan bahwa sektor-sektor ini adalah tidak hanya siap untuk meningkatkan inklusi keuangan tetapi juga untuk meningkatkan inklusi keuangan Malaysia posisi sebagai pemimpin dalam lanskap ekonomi global.
“Dalam konteks Komitmen Malaysia yang tak tergoyahkan terhadap inklusivitas, kami punya keunikan peluang untuk memanfaatkan solusi keuangan inovatif ini untuk memberdayakan komunitas yang kurang terlayani,” kata Dr. Ashraf.
Diskusi tersebut mencerminkan kesamaan keyakinan itu dengan membina kolaborasi dan merangkul teknologi kemajuan, Malaysia dapat mengembangkan perekonomian yang lebih adil memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. (ara)