Summit Nasional Media Massa HPN 2025, Dahlan Iskan Beri Kiat Bertahan di Era AI

Avatar photo
Delegasi PWI Kepri hadir dalam Summit Nasional Media Massa dalam rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2025) siang.

AriraNews.com, Banjarmasin – Keberlanjutan media massa di era Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) menjadi topik bahasan Summit Nasional Media Massa dalam rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2025) siang.

Menurut Tokoh Pers Nasional, Dahlan Iskan yang menjadi salah seorang narasumber dalam forum tersebut, di era AI ini media akan tetap hidup. “Tapi apakah jurnalisme terus hidup?,” kata Dahlan bertanya.

Menurut Dahlan, era AI ini menjadi tantangan bagi Media, setelah Media Sosial (Medsos). AI memberi kemudahan mengolah data dan informasi, namun ada potensi besar untuk kesalahan dalam penyajian fakta.

Summit Nasional Media Massa dalam rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2025) siang.

Dahlan menyoroti beberapa hal perlu menjadi perhatian para jurnalis saat ini. Salah satunya Media sosial (medsos). Menurut dia, penyakit media sosial (medsos) yaitu tulisan pendek yang membuat orang berfikir dangkal.

BACA JUGA:   DPRD Provinsi Kepulauan Riau Selenggarakan Rapat Paripurna ke-14 Masa Sidang III Tahun Anggaran 2022

“Media pasti terus hidup. Penyakit medsos adalah membuat orng berfikir pendek jadi yang sudah kena medsos tidak mau baca tulisan panjang,” kata dia.

Maka dari itu, jurnalis diminta untuk kreatif dalam menyajikan informasi. Dahlan juga menyoroti soal pemberitaan saat ini yang hanya mementingkan kepentingan pribadi bukan kepentingan umum.

Selain itu banyak wartawan yang enggan kerja di perusahaan pres. Karena alasan gaji.

“Jadi tulisan Anda apakah ada hubungannya dengan saya. Jadi sekarang jurnalistik itu untuk kepentingan pribadi. Seharusnya bukan itu,” kata dia.

“Wartawan tidak mau lagi kerja di perusahaan pres. Karena gajinya kecil. Mending buat media sendiri. Nah apakah sekarang kita bisa cari uang? Bagaimana kita bisa dapat duit dari platform?,” kata dia.

BACA JUGA:   WC Tempat Wisata Jorok, Luhut Minta Sandiaga Membersihkannya

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) terus mengguncang industri media massa. Menjadi peluang dan tantangan baru bagi jurnalis dan pekerja kreatif.

Head of Grup WIR dan Penulis Kreatif Konten Artifical Intelegensi (AI), Adi Priomo Rizki bilang, disrupsi ini tak dapat dihindari, tetapi bisa ditunggangi untuk melahirkan berbagai peluang.

“Ini adalah sebuah perubahan yang tidak bisa kita hindarkan. AI ini bukan sebuah ancaman tapi menajdi alat bantu bersama dengan perkembangan teknologi sekarang,” kata Primo dalam SUMMIT Nasional Media Massa di Kalsel, Sabtu 8 Februari 2025.

Lanjut, Primo menyebut AI sebagai (Akal Imitasi) yang tidak akan menggantikan peran jurnalis seutuhnya. Hanya saja, Akal Imitasi sekarang mengubah lanskap media massa dalam memproduksi konten dan mengubah ekosistem bisnis perusahaan pres.

BACA JUGA:   Jelang Bertanding di Porwanas Kalsel, Atlet SIWO PWI Kepri Jaga Kebugaran Tubuh

Perkerja pres dan industri kreatif  harus berdamai dan mampu memanfaatkan perkembangan teknologi kecerdasan buatan saat ini. Menurut dia, jurnalis atau pekerja kreatif yang tak menguasai kecerdasan buatan rentan tergantikan.

“Karena AI itu adalah sebuah tools (alat) tetap ada manusia yang mengoperasikan. AI itu bekerja berdasarkan instruksi yang tepat,” kata dia.

Primo menyarankan agar media pers tidak hanya berfokus pada tantangan, tetapi juga harus adaptif terhadap perubahan.

“Media yang bisa berinovasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan secara bijak akan memiliki keunggulan kompetitif di era digital ini. Namun, tetap dibutuhkan sentuhan manusia untuk menjaga kepercayaan dan integritas informasi,” tegasnya. (ara)