AriraNews.com, Natuna – Pemerintah Kabupaten Natuna terus berupaya menekan angka stunting melalui berbagai program intervensi dan edukasi masyarakat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Natuna, angka stunting di daerah ini pada akhir tahun 2024 tercatat sebesar 10%, atau sekitar 532 balita.
Kepala Dinas Kesehatan Natuna, Hikmat Aliansyah, mengungkapkan bahwa wilayah dengan angka stunting tertinggi berada di Kecamatan Bunguran Timur, dengan jumlah 131 balita terdampak. Menurutnya, penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun, atau dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan.

“Kekurangan gizi kronis pada balita berdampak pada pertumbuhan anak dalam jangka panjang. Selain itu, pola asuh yang tidak tepat, termasuk pemberian makanan yang kurang sesuai kebutuhan gizi, menjadi faktor utama penyebab stunting,” jelas Hikmat, Selasa (4/2/2025) di ruang kerjanya.
Dinkes Natuna terus melakukan upaya pencegahan melalui deteksi dini di posyandu, seperti penimbangan rutin dan pengukuran tinggi badan. Dari hasil pemantauan, Natuna tidak hanya menghadapi persoalan stunting dan gizi buruk, tetapi juga obesitas pada balita yang mencapai angka 10%.
Selain faktor ekonomi, rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pola asuh yang baik menjadi tantangan utama dalam penanganan stunting. Bahkan, ditemukan kasus di mana keluarga dengan kondisi ekonomi cukup tetap memiliki anak dengan masalah gizi akibat kurangnya pemahaman tentang pola makan sehat. Penyakit infeksi berulang, seperti tuberkulosis (TBC), juga turut mempengaruhi pertumbuhan anak.

Untuk menanggulangi stunting, Dinas Kesehatan menerapkan dua jenis intervensi, yaitu intervensi spesifik yang ditangani langsung oleh tenaga kesehatan dengan daya ungkit 30%, serta intervensi sensitif yang memiliki daya ungkit 70% melalui kolaborasi lintas sektor, seperti penyediaan air bersih dan ketahanan pangan.
Pemerintah pusat menargetkan angka stunting nasional turun di bawah 14% pada tahun 2025. Kabupaten Natuna sendiri telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 10%, lebih rendah dari target nasional. Namun, Hikmat menegaskan bahwa masih ada tugas besar untuk mencapai zero stunting, sehingga anak-anak Natuna dapat tumbuh dengan sehat dan memiliki daya saing yang lebih baik.
“Kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pola asuh yang benar, terutama dalam memberikan asupan gizi yang sesuai dengan tahapan pertumbuhan anak,” tambah Hikmat.
Saat ini, dua desa di Natuna telah berhasil mencapai zero stunting pada 2024. Dinas Kesehatan bersama pemerintah daerah terus memperkuat koordinasi dengan desa, kelurahan, kecamatan, hingga tingkat provinsi agar penanganan stunting semakin optimal.
Dengan kolaborasi dan kesadaran bersama, diharapkan angka stunting di Natuna dapat terus menurun dan mencapai zero stunting dalam beberapa tahun ke depan. (dod)